BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dirasakan dunia ini semakin kecil sehingga setiap kejadian di tempat mana pun dapat diamati dalam waktu yang sama di tempat yang lainnya, itulah yang dinamakan globalisasi. Dengan globalisasi dapat menimbulkan tantangan bagi individu maupun kelompok, seperti terjadinya persaingan global. Masalah ini kalau dianggap secara positif akan mendorong individu maupun kelompok manusia untuk dinamis mencari alternatif pemecahannya.
Sebagai bagian dari masyarakat dunia secara internasional , negara dan bangsa kita tentu tidak dapat melepaskan diri dari situasi dan suasana peradaban dunia seperti digambarkan tadi. Namun demikian sesungguhnya kita telah memiliki strategi yang pasti untuk menjawab berbagai tantangan tadi, yakni dengan melaksanakan pembangunan nasional.
Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang telah berusaha meningkatkan pemerataan pembangunan termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu, kebijakan pembangunan bidang pendidikan diarahkan kepada lebih terciptanya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, khususnya pada tingkat pendidikan dasar. Peningkatan mutu pendidikan terutama pendidikan dasar , merupakan komitmen nasional dan titik berat satuan pembangunan pendidikan baik pada saat sekarang maupun masa telah silam. Hal ini disebabkan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan program atau pengembangan kurikulum pendidikan dasar.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.
Peningkatan mutu pendidikan yang merupakan acuan kurikulum pada tingkat pendidikan dasar tampaknya masih merupakan isu sentral sekarang ini, beberapa tahun ke depan atau mungkin untuk selamanya. Seperti perjalanan seorang pengembara yang terus mengembara tiada akhir. Kalaupun pengembaraan itu harus terus berlangsung, biarlah. Namun satu hal yang harus kita pikirkan adalah, bagaimanan menjadikannya sebagai pengalaman yang berharga untuk memperoleh masukan-masukan baru dalam praktik penyelenggaraan pendidikan.
Pemerintah dalam hal ini Depdiknas memang terus berupaya melakukan perbaikan terhadap mutu pendidikan. Ini terlihat dari banyaknya program program perbaikan yang terus digulirkan. Hanya saja perbaikan yang dilakukan lebih banyak pada sisi makronya saja , yaitu pada manajemen sekolah dan kurikulum. Dalam tahun-tahun terakhir ini ada dua perubahan yang dilakukan, yaitu: penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) meskipun keduanya tidak memberikan gambaran yang jelas dalam penerapannya di lapangan. Bahkan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP) dan Balitbang Depdiknas sekarang masih belum menemukan titik temu tentang konsep perubahan Kurikulum 2004.
MBS misalnya yang diharapkan dapat menjadikan sekolah sebagai lembaga mandiri dalam pengelolaan keuangan dalam rangka menghasilkan sekolah yang berkualitas , berubah menjadi upaya untuk menciptakan persaingan antarsekolah yang pada akhirnya lebih memberatkan orang tua siswa. Sementara mutu pendidikan yang merupakan tujuan utama tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan “ lebel” yang dipasangnya.
KBK, yang nantinya diharapkan menghasilkan lulusan yang mampu mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya dalam berbagai segi kehidupan , malah membuat “ sebagaian guru bingung dalam penerapannya”. Hal ini akibat dari kurang jelasnya petunjuk pelaksanaan di lapangan serta yang paling utama adalah tidak diikuti oleh peningkatan kualitas sumber daya manusianya, khususnya guru sebagai ujung tombak yang akan menganalisis, menerjemah KBK dalam pembelajaran di kelas . Berhubungan dengan itu kualitas SDM dalam hal ini guru , sudah saatnya mendapat perhatian yang lebih besar terutama dalam hal strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang akan mereka gunakan dalam kegiatan pembelajarannya. Sebab apabila mereka menggunakan strategi pembelajaran yang ada selama ini , yang mengacu kepada upaya-upaya menghabiskan materi semata dengan pendekatan duduk, dengar, catat dan hapalkan (DDCH) ; tidaklah mampu untuk menghasilkan kompetensi yang diharapkan. Perubahan harus dilakukan apabila kita ingin bersungguh-sungguh memperbaiki mutu pendidikan kita, sehingga urutan pendidikan kita tidak lagi berada di bawah Malaysia
Adapun perubahan yang harus dilakukan adalah perubahan terhadap kualitas sumber daya manusia dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran yang akan digunakannya. Untuk itu sudah saatnya kepada guru diperkenalkan strategi- strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan seluruh kecerdasan yang dimiliki siswa.
“Ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu: yaitu kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan naturalis” (Gardner dalam Situmorang, 2004 : 60). Melalui kedelapan jenis kecerdasan tersebut setiap individu menerima informasi yang masuk ke dalam dirinya” . Oleh karena itu “kecerdasan majemuk sebagai modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak adalah cerdas (Amstrong dalam Situmorang 2004: 60).
Di tengah pertarungan global yang semakin keras ini, lahirnya generasi baru yang cerdas dan handal adalah suatu keharusan bagi setiap bangsa dan setiap orang tua. Seperti tecermin dalam hukum-hukum sejarah , bahwa masa depan ditentukan oleh generasi muda ; anak-anak kita. Dengan mendidiknya secara baik dan mencerdaskannya, berarti kita telah memberikan warisan terbaik bagi mereka.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas permasalahan yang berorientasi pada penggunaan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dengan judul “ Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk untuk Pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran Kurikulum yang Berbasis Kompetensi”.
B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka secara umum masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimanakah strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk pencapaian kompetensi dalam pembelajaran Kurikulum yang Berbasis Kompetensi (KBK)?” .
Untuk memudahkan pembahasan , rumusan masalah perlu dibatasi sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep kecerdasan majemuk?
2. Bagaimanakah strategi pembelajaran kecerdasan majemuk?
3. Bagaimanakah langkah penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dalam mencapai kompetensi pada Kuriukulum yang Berbasis Kompetensi?
C. Metode Pembahasan
Metode merupakan suatu cara kerja yang sistematis dalam rangka mencapai suatu tujuan . Hal ini sejalan dengan pendapat Surakhmad (1982 : 131) sebagai mana terlihat pada kutipan berikut ini:
Metode merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.
Berdasarkan pendapat tersebut , maka metode pembahasan yang penulis gunakan dalam membahas permasalahan adalah metode deskriptif analitik, artinya masalah-masalah yang dibahas dideskripsikan sebagaimana adanya berdasarkan fakta di lapangan , selanjutnya dianalisis untuk mendapat kesimpulan, sebagaimana dijelaskan oleh Surakhmad (1982 : 147 ) bahwa “ metode pembahasan deskriptif adalah suatu cara untuk memecahkan suatu masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan , menyusun, menganalisis, dan menginterpretasikan data itu”.
Selain metode deskriptif , penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan , metode ini dilakukan dengan cara membaca berbagai buku atau sumber yang berkaitan dengan permasalahan untuk dijadikan acuan atau landasan teoretis dalam pembahasan.
D. Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kegiatan, karena tanpa tujuan yang jelas, maka segala yang dilakukan akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu tujuan harus sudah ditentukan sebelum proses pembuatan makalah dilaksanakan.
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah sbagai berikut :
1. Ingin memperoleh gambaran tentang konsep kecerdasan majemuk.
2. Untuk memperoleh informasi tentang strategi pembelajaran kecerdasan majemuk.
3. Ingin memperoleh gambaran tentang langkah penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk mencapai kompetensi dalam pembelajaran Kurikulum yang Berbasis Kompetensi .
E. Manfaat Pembahasan Makalah
Bertitik tolak dari masalah yang telah dikemukakan , maka pembahasan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis adalah pengembangan ilmu pendidikan tentang pelaksanaan penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk mencapai kompetensi dalam pembelajaran Kurikulum yang Berbasis Kompetensi.
1. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis adalah memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman kepada guru dalam memecahkan permasalahan strategi pembelajaran, khususnya tentang pencapaian kompetensi dalam pembelajaran Kurikulum yang Berbasis Kompetensi.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang isi makalah, berikut ini diuraikan sistematika penulisannya:
Bab I ; Pendahuluan, di dalamnya dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah dan pembatasan masalah, metode pembahasan, tujuan penyusunan makalah, manfaat pembahasan makalah dan sistematika penulisan.
Bab II ; Landasan Teori Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk pencapaian kompetensi dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi, di dalamnya dibahas tentang konsep kecerdasan majemuk, strategi pembelajaran dan kurikulum berbasis kompetensi.
Bab III ; Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk pencapaian kompetensi dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi, di dalamnya diuraikan tentang strategi pembelajaran kecerdasan majemuk, dan langkah penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi.
Bab IV; Simpulan dan rekomendasi, di dalamnya diuraikan tentang simpulan dan rekomendasi.
Pada bagian akhir makalah ini dilengkapi juga dengan Daftar Pustaka yang digunakan sebagai dasar acuan atau rujukan.
BAB II
LANDASAN TEORI STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM YANG BERBASIS KOMPETENSI
A. Konsep Kecerdasan Majemuk
Konsep kecerdasan majemuk (multiple intellegences) lahir sebagai koreksi terhadap konsep kecerdasan yang dikembangkan oleh Alfed Binet, yang meletakkan dasar kecerdasan seseorang pada IQ (Intelligences Quotient). Berdasarkan tes IQ yang dikembangkannya , Binet menempatkan kecerdasan seseorang dalam rentang skala tertentu yang menitik beratkan kepada kemampuan logika dan berbahasa semata. Dengan maksud apabila seseorang pandai dalam logika dan bahasa , maka ia pasti memiliki IQ yang tinggi , Tes yang dikembangkan Binet ini , “belum mengukur kecerdasan seseorang seluruhnya, sebab tes IQ Binet baru mewakili sebagian kecerdasan yang ada yaitu kecerdasan linguistik, matematis logis dan spasial saja. Dengan kata lain belum meliputi delapan jenis kecerdasan yang ada” (Gardner dalam Situmorang 1983: 61)
Menurut Gardner (dalam Situmorang 2004: 61-66) secara garis besar ciri –ciri dan karakteristik kecerdasan majemuk adalah sebagai berikut :
1. Kecerdasan Linguistik,
Kemampuan menggunakan kata secara efektif , baik lisan maupun tertulis. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi kemampuan memanipulasi struktur bahasa , fonologi, semantik, pragmatik dan hafalan. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah
a. Suka menulis kreatif
b. Suka mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon
c. Membaca di waktu senggang
d. Mengeja kata dengan tepat dan mudah
e. Menyukai pantun lucu dan permainan kata
d. Suka mengisi teka-teki silang
e. Menikmati dengan cara mendengarkan
f. Memiliki kosa kata yang luas
g. Unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi
2. Kecerdasan Matematis - Logis
Kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis , pernyataan dan dalil. Adapun ciri-ciri yang memiliki kecerdasan ini adalah:
a. Menghitung masalah aritmetika dengan cepat di luar kepala
b. Menikmati penggunaan bahasa komputer
c. Suka mengajukan pertanyaan yang bersifat analisis , misalnya mengapa hujan turun ?
d. Ahli dalam permainan strategi, seperti catur, halma dan sebagainya
e. Mampu menjelaskan masalah secara logis
f. Suka merancang eksperimen untuk pembuktian sesuatu
g. Menghabiskan waktu dengan permainan logika, seperti teka-teki
h. Mudah memahami hukum sebab akibat
i. Berprestasi dalam pelajaran Matematika dan IPA (Fisika).
3. Kecerdasan Spasial
Kemampuan mengekspresikan dan mentransformasikan persepsi dunia spasial –visual secara akurat dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap warna, garis bentuk ruang dan hubungan antar unsur. Kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:
a. Memberikan gambaran visual yang jelas ketika menggambarkan sesuatu
b. Mudah membaca peta, grafik dan diagram
c. Menggambar sosok benda atau orang persis aslinya
d. Senang melihat film , slide, foto-foto atau karya seni lainnya
e. Sangat menikmati kegiatan visual , seperti teka-teki atau sejenisnya
f. Suka melamun dan berfantasi
g. Suka membangun konstruksi tiga dimensi
h. Mencoret-coret di atas kertas atau di buku sekolah
i. Lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata
j. Menonjol dalam mata pelajaran seni
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan sesuatu, dan kemampuan-kemampuan fisik yang khusus, seperti: keseimbangan, kekuatan, kelenturan, kecepatan. Adapun ciri-ciri orang yang yang memiliki kecerdasan ini adalah :
a. Banyak bergerak ketika mendengarkan sesuatu atau duduk
b. Aktif dalam kegiatan fisik, seperti : berenang, bersepeda, mendaki
c. Perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya
d. Menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik sejenis
e. Memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan, seperti menjahit, mengukir, memahat
f. Pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain
g. Bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya
h. Menikmati kegiatan dengan tanah liat, melukis dengan jari atau kegiatan kotor lainnya
i. Suka membongkar benda kemudian menyusunnya lagi
j. Berprestasi dalam mata pelajaran Olahraga, Mekanik, dan yang bersifat kompetitif.
5. Kecerdasan Musikal
Kemampuan mengapresiasi berbagai bentuk musikal, membedakan, mengubah, dan mengekspresikannya. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap irama, nada , warna suara suatu lagu. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah :
a. Suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah
b. Mudah mengingat melodi suatu lagu
c. Lebih bisa belajar dengan iringan musik
d. Suka mengoleksi kaset-kaset atau CD lagu-lagu
e. Bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain
f. Mudah mengikuti irama musik
g. Mempunyai suara yang bagus untuk bernyanyi
h. Peka terhadap suara-suara atau bunyi-bunyian di lingkungannya
i. Memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik
j. Berprestasi bagus dalam mata pelajaran Seni Musik
6. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan membedakan suasana hati maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, gerak isyarat , kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:
a. Mempunyai banyak teman di sekolah maupun di lingkungannya
b. Suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal
c. Sangat mengenal lingkungannya
d. Banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah
e. Berperan sebagai penengah ketika terjadi pertikaian atau konflik diantara teman
f. Menikmati berbagai permainan kelompok
g. Berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain
h. Suka dicari sebagai penasihat atau pemecah masalah oleh temannya
i. Sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain
j. Berbakat menjadi pemimpin dan berprestasi dalam mata pelajaran Ilmu Sosial.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi kesadaran akan suasana hati, maksud, temperamen , motivasi, keinginan, berdisiplin diri dan kemampuan menghargai diri. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:
a. Memperlihatkan sikap independen dan kemauan yang kuat
b. Bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahannya
c. Memberikan reaksi keras terhadap topik topik kontroversial dengan dirinya
d. Bekerja atau belajar dengan baik seorang diri
e. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
f. Kecenderungan mempunyai pandangan yang lain dari pandangan umum
g. Banyak belajar dari kesalahan masa lalu
h. Dengan tepat mengekspresikan perasaannya
i. Berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan
j. Banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
8. Kecerdasan Naturalis
Kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini juga meliputi terhadap fenomena-fenomena alam lainnya., dan kemampuan membedakan benda-benda tak hidup dengan benda-benda hidup lainnya. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan naturalis ini adalah:
a. Suka dan akrab dengan hewan peliharaan
b. Sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, seperti kebun, taman, hutan dan sebagainya
c. Menunjukkan kepekaan terhadap panorama alam , seperti pemandangan, gunung, awan, pantai dan sebagainya
d. Suka berkebun dan memelihara binatang
e. Menghabiskan waktu dekat akuarium atau sistem kehidupan alam lainnya
f. Memperlihatkan kesadaran ekologis yang tinggi
g. Meyakini bahwa binatang mempunyai hak sendiri dan perlu dilindungi
h. Mencatat berbagai fenomena alam yang melibatkan hewan dan tumbuhan
i. Suka membawa pulang serangga , bunga, daun atau benda-benda alam lainnya
j. Berprestasi dalam mata pelajaran IPA , Biologi dan Lingkungan Hidup.
Dari kedelapan kecerdasan majemuk tersebut dapat disimpulkan , bahwa setiap kecerdasan bekerja dalam sistem otak yang relatif tersendiri namun pada saat mengeluarkannya , kedelapan jenis kecerdasan yang ada bekerja sama secara unik untuk menghasilkan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan.
B. Strategi Pembelajaran
Dalam pembelajaran di sekolah, strategi pembelajaran pada umumnya dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran yang dikelolanya. Pengertian strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien (Kemp dalam Situmorang 2004 : 66). Sementara menurut Carey dalam Situmorang (2004) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang dipergunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa . Sedangkan pendapat lain menyebutnya sebagai suatu pendekatan guru terhadap penggunaan informasi , mulai dari pemilihan sumber belajar sampai kepada menetapkan peranan siswa dalam pembelajaran (Ely dalam Situmorang , 1978) .
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa strategi pembelajaran adalah suatu cara dalam mengorganisasikan dan mengatur komponen-komponen pembelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Sesungguhnya strategi yang dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan mata pelajarannya sudah dikatakan baik , bila dilakukan secara benar dan berkesinambungan. Namun adakalanya guru terjebak hanya pada upaya mengahabiskan materi pelajaran semata saja dan mereka lupa pada tujuan yang sebenarnya. Strategi pembelajaran yang hanya berupaya menghabiskan materi pelajaran kurang memberikan makna bagi siswa (Semiawan , 2002). Oleh karena itu pendekatan yang sudah ada selama ini perlu dikembangkan lebih lanjut, agar peristiwa pembelajaran mampu memberikan makna bagi siswa yang belajar.
C. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Penggantian Kurikulum 1994 dan suplemennya oleh pemerintah dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi menggugah kita akan masalah pendidikan kita yang sedang sakit, dan menjadikan KBK sebagai obat penyembuhnya. Akan tetapi kenyataan di lapangan menimbulkan permasalahan baru karena ketidakjelasan tentang konsep KBK itu sendiri. Ada yang melihat KBK sebagai barang baru dan ada yang melihatnya sebagai barang lama kemasan baru . Atau hanya sebagai ciri kebijakan mewakili zamannya.
Pengertian kompetensi seperti yang diungkapkan oleh Kusmana (2003) adalah :
Kompetensi merupakan pengetahuan , keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks (lingkup kehidupan). Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten. Kompetensi merupakan tampilan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran yang bermakna.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kompetensi adalah “ kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu” (1990 : 452).
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kata kompetensi sebenarnya menggambarkan suatu kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses pembelajaran tertentu . Dalam pendidikan kemampuan tersebut merupakan kesatuan dari tiga komponen, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor.
Lebih jauh Kusmana dalam bukunya Rangkuman Materi Orientasi Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi (2003) mengungkapkan bahwa , pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah :
Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa , penilaian, kegiatan belajar mengajar , dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah yang berorientasi kepada hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, keberagaman yang dapat dimanipestasikan sesuai dengan kebutuhan.
Pendapat lain ,Siskandar dalam Rosyada (2004 : 47) mengemukakan bahwa :
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola fikir serta bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa .
Demikian pula dengan Saleh dalam Rosyada menyatakan bahwa: “Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah perangkat standar program pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan yang dipelajarinya (2004 : 48).
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan tentang apa yang diharapkan dapat diketahui , disikapi atau dilakukan anak dalam setiap jenjang pendidikan dan sekaligus menggambarkan kemajuan anak yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi anak baik secara individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Dari penjelasan di atas sesungguhnya Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah suatu pendekatan yang sangat baik untuk meningkatkan mutu pendidikan , karena Kurikulum Berbasis Kompetensi tidak berorientasi pada kuantitas materi , melainkan lebih berfokus pada kualitas materi yang diperoleh siswa . Hal yang lebih penting dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sumber daya manusia dalam hal ini guru, guru harus siap melakukan perubahan dalam paradigma mengajarnya dan mengevaluasi kembali masih sesuaikah strategi pembelajaran yang digunakan selama ini.
BAB III
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM YANG BERBASIS KOMPETENSI
A. Strategi Pembelajaran Kecerdasan Majemuk
Strategi pembelajaran kecerdasan majemuk pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum.
Amstrong dalam Situmorang (2004) seorang pakar di bidang kecerdasan majemuk mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian ia menambahkan, bahwa tidak ada rangkaian strategi pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada. Oleh karena itu suatu strategi mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tetapi akan gagal bila diterapkan pada kelompok lain. Dengan dasar ini sudah seharusnya guru memperhatikan jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa setiap strategi yang ada pada masing-masing kecerdasan dapat diterapkan bukan saja pada mata pelajaran Matematika, tetapi juga dapat diterapkan dalam mata pelajaaran lainnya seperti Bahasa, Fisika atau mata pelajaran yang menuntut unsur logika di dalamnya.
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa teori kecerdasan majemuk bukan saja merupakan konsep kecerdasan yang ada pada diri masing-masing individu, tetapi juga merupakan strategi pembelajaran yang ampuh untuk menjadikan siswa keluar sebagai juara pada jenis kecerdasan tertentu. Gardner dalam Situmorang (2004) mengatakan, sebab pada dasarnya setiap individu memiliki satu atau lebih kecerdasan yang menonjol dari delapan kecerdasan yang ada. Bukankah Einstein yang dikatakan cerdas juga mempunyai kelemahan pada jenis kecerdasan lainnya? Einstein adalah orang yang sangat cerdas pada dua jenis kecerdasan yaitu Matematis-Logis dan Spasial. Sementara untuk jenis kecerdasan yang lain ia tidak terlalu menonjol.
Strategi pembelajaran kecerdasan majemuk pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol dari diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Dengan demikian penggunaan strategi pembelajaran kecerdasan majemuk tetap berada pada posisi yang menguntungkan bagi siswa yang menggunakannya. Satu hal yang pasti, siswa akan keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial pada salah satu atau lebih dari delapan jenis kecerdasan yang dimilikinya.
B. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk untuk Pencapaian Kompetensi dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi
Ada dua tahapan yang harus dilakukan dalam penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk agar mendapatkan hasil yang optimal, yaitu:
1. Memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap mata pelajaran.
Memberdayakan semua jenis kecerdasan pada setiap mata pelajaran adalah ibarat memberi masukan informasi melalui delapan jalur ke dalam otak memori siswa. Bila Bloom , menekankan pada tiga jalur ranah yang ada yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor ; maka Gardner dalam Situmorang (2004), menekankan pada delapan kecerdasan yang dimiliki setiap siswa, yaitu: kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Berdasarkan pengalaman, dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat dimulai dengan melakukan reposisi pada kurikulum yang ada sekarang, baik itu kurikulum 1994 yang disempurnakan, maupun Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah Tujuan Intruksional Khusus (TIK) yang ada menjadi kompetensi yang diharapkan (Indikator). Dengan demikian setiap indikator dituntut untuk memberdayakan semua atau sebagian besar jenis kecerdasan yang ada.
Sebagai contoh mata pelajaran bahasa yang dominan dengan kecerdasan linguistik, Indikatornya berbunyi “Siswa dapat membacakan puisi dengan intonasi yang benar di depan kelas”. Bila siswa melakukan itu dengan benar; maka kecerdasan yang terlibat akan meliputi: Kecerdasan Linguistik, Matematis-Logis, Spasial terbatas, dan Kinestetik-Jasmani saja. Akan tetapi bila Indikator diubah menjadi “Siswa dapat membacakan puisinya dengan intonasi yang benar di halaman sekolah atau pada acara tertentu, atau di depan publik”; maka kecerdasan yang terlibat akan lebih banyak lagi yaitu: kecerdasan Linguistik, Matematis-Logis, Spasial, Kinestetik-Jasmani, Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. Dengan demikian kadar belajar yang diperoleh siswa akan jauh lebih tinggi dibandingkan bila ia hanya membacakan puisinya di depan kelas. Pemikiran-pemikiran kreatif yang demikian inilah yang dituntut pada setiap guru yang ingin menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dalam mata pelajaran yang dikelolanya. Meskipun belum ada penelitian yang menyimpulkan, apakah hasil belajar siswa meningkat secara signifikan, tetapi berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan adanya perubahan dalam sikap belajar siswa. Siswa terlihat lebih aktif, percaya diri, dan kreatif dalam banyak hal.
2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa.
Langkah kedua ini ditempuh apabila secara faktual guru telah mengidentifikasikan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa. Sekali lagi, Gardner dalam Situmorang (2004), selalu mengingatkan bahwa ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa. Bila kita menyadari hal ini, mengapa kita tidak mengoptimalkannya menjadi sesuatu yang bermakna bagi siswa. Atau menjadikannya sebagai jati dirinya, meskipun untuk bidang yang lainnya harus puas dengan standar minimal yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga.
Dalam penerapan tahap kedua ini strategi pembelajaran yang digunakan lebih bersifat individual. Siswa yang memiliki kecerdasan Linguistik misalnya, akan dioptimalkan pencapaian hasil belajarnya pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra. Sedangkan mereka yang mempunyai kecerdasan Matematis-Logis misalnya, akan diarahkan pada pencapaian hasil belajar Matematikanya seoptimal mungkin melalui pemberian layanan individu dan masukan ke berbagai kesempatan yang memungkinkan kecerdasan Matematikanya terus berkembang. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan Spasial belajar dengan menggunakan media visual atau menggunakan peta, konsep tentu sangat membantu mereka mencapai kesempurnaan belajarnya. Akan tetapi bagi mereka yang memiliki kecerdasan Kinestetik-Jasmani sangatlah tersiksa bila ia harus dipaksa duduk yang manis di dalam kelas. Mereka yang memiliki kecerdasan Kinestetik-Jasmani akan menghasilkan sesuatu secara optimal, bila mereka diizinkan belajar dengan cara melakukan gerakan-gerakan tertentu. Misalnya mengekspresikan suatu pesan dengan bahasa tubuhnya. Sedangkan belajar dengan alunan musik tentu sangat menyenangkan bagi mereka yang memiliki kecerdasan Musikal. Musik instrumentalia sangat dianjurkan sebagai musik pengiring bagi mereka yang memiliki kecerdasan Musikal ini. Dengan musik mereka akan menghasilkan sesuatu yang optimal dalam belajarnya. Lain pula halnya dengan mereka yang memiliki kecerdasan Interpersonal. Melakukan interaksi sosial adalah pilihan yang tepat bagi mereka yang memilik kecerdasan Interpersonal ini. Sedangkan bagi mereka yang memiliki kecerdasan Intrapersonal tentulah sangat berterima kasih bila diizinkan belajar secar individual di tempat yang agak sepi, atau mengerjakan proyek secara individual. Untuk siswa yang memiliki kecerdasan Naturalis akan efektif bila diarahkan pada pencapaian hasil belajar yang optimal untuk mata pelajaran IPA. Belajar di luar kelas merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka yang memiliki kecerdasan Naturalis ini.
Umumnya siswa dapat menggunakan kecerdasannya yang berbeda untuk mempelajari sebuah keterampilan atau konsep. Sebagai contoh , dalam belajar tentang pohon dan tumbuhan , siswa mungkin akan menempelkan daun-daun ke lengannya, menempelkan kertas coklat ke kakinya sebagai batang pohon , lalu mengayun-ayunkan lengannya seperti pohon yang sedang bergerak tertiup angin . Seorang siswa yang lain belajar mengamati buku yang gambarnya dapat dimainkan, digerakan naik turun anak tersebut melihat dan meraba setiap bagian dari gambar di dalam buku tersebut dengan seksama. Kedua anak tersebut dapat menyerap informasi tentang pohon dan tumbuhan, tetapi cara yang mereka lakukan berbeda , yang disesuaikan dengan cara belajarnya masing-masing. Anak pertama lebih mudah mendapat informasi dengan terlibat secara fisik dalam proses pembelajarannya itu. Sedangkan siswa kedua perlu meraba dan merasakannya
Uraian di atas adalah sekelumit contoh bagaimana strategi pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Khususnya untuk mencapai setiap kompetensi yang telah ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Sangat jelas, bagaimana guru berupaya menjadikan siswanya sebagai sang juara pada bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Siswa tidak hanya menguasai konsep pengetahuan semata, tetapi ia juga dapat menerapkan pengetahuannya dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan kata lain tidak ada hal yang mustahil bila kita ingin melakukan sesuatu perubahan dalam strategi pembelajaran yang akan kita gunakan. Banyak jalan menuju Roma, mengapa kita tidak mencobanya.
Sebagai tambahan, penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, menuntut adanya penataan kelas yang berbeda dari penataan yang digunakan pada strategi pembelajaran biasa. Kelas berpindah merupakan keharusan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan belajar kecerdasan tertentu. Selain itu sistem penilaian tidak cukup hanya menggunakan tes objektif. Tes yang dikembangkan harus lebih variatif, mulai dari uraian, pengamatan, sampai kepada penggunaan portofolio.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Setelah penulis membahas setiap permasalahan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran. Dengan memperhatikan kedelapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap siswa, para guru dapat mengoptimalkan potensi siswanya secara efektif.
2. Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah suatu cara menyerap informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bekerjasama dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan . Sehingga selalu mampu memecahkan persoalan-persoalan pembelajaran dengan cara yang luar biasa.
3. Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk menjadikan siswa sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap siswa selalu ada satu atau lebih kecerdasan menonjol yang dimilikinya.
4. Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara-cara mengajarnya. Oleh karena itu setiap guru dituntut agar lebih kreatif untuk mencari terobosan baru untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang dimiliki siswa. Untuk itu melakukan pembelajaran yang menyenangkan adalah satu syarat utama yang harus selalu diupayakan . Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau mencobanya.
B. Rekomendasi
Pada kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:
Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dalam mencapai kompetensi dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi sebagai masukan kepada guru tentang berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai setiap kompetensi yang ada dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi. Dengan harapan melalui penerapan strategi ini , optimalisasi potensi siswa sesuai dengan kecenderungan kecerdasan yang dimilikinya dapat menghasilkan warna lain dalam dunia pendidikan kita , yaitu pendidikan yang lebih baik dari pendidikan sebelumnya dan sekaligus menjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran dalam mencapai kompetensi pada Kurikulum yang Berbasis Kompetensi (KBK).
DAFTAR PUSTAKA
Campbell , Linda dkk. 2004. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences. Depok : Intuisi Press.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.
-------. 1994. Didaktik/Metodik Umum . Jakarta : Dikdasmen.
-------.1994. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Dikdasmen.
-------.1995. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta : Dikdasmen.
Disdik Kab. Ciamis. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Kelas IV. Ciamis.
Hanafiah. 1994. Tantangan dan Harapan Globalisasi. Bandung : Suara Daerah 303.
Karmedi, Emed. 1999. Penerapan Teknik Penemuan dan Diskusi Dalam Mengajarkan Membaca Wacana Narasi. Skripsi Sarjana Pada FKIP Universitas Galuh Ciamis.
Keraf, Goris. 1994. Komposisi. Flores : Nusa Indah.
Kusmana, Agus. 2003. Rangkuman Materi Orientasi Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi . Ciamis : Disdik
Misdan , Undang, K. 1979. Pendekatan Metode dan Teknik . Bandung : FKSS-IKIP.
Ramadhy dan Permadi. 2001. Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan ?. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Rosyada, Dede. 2004 Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta : Kencana.
Rusyan, Tabrani. 1992. Pendidikan Masa Kini dan Mendatang. Jakarta : Bina Mulia.
Rusyan, Tabrani. 1992. Strategi Penerapan Kurikulum di Sekolah. Jakarta : Bina Mulia.
Semiawan, Conny R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Tarap Usia Dini. Jakarta : Prehalindo.
Situmorang, Robinson. 2004. Strategi Pembelajaran Multiple Intellegence . Jakarta : Kencana.
Suwandi dan Tjetjep. 2001. Teknik-Teknik Keterampilan Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Bandung : Media Imtaq.
Prawiradilaga dan Siregar . 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.