Human Networking Management

Jumat, 15 April 2011

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ( SEBUAH INOVASI PEMBELAJARAN )


BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang  Masalah 

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi  dirasakan  dunia ini  semakin kecil  sehingga setiap kejadian  di tempat mana pun  dapat diamati  dalam  waktu yang sama  di tempat yang lainnya, itulah yang dinamakan globalisasi. Dengan globalisasi  dapat menimbulkan tantangan  bagi individu  maupun kelompok,  seperti terjadinya persaingan global. Masalah ini kalau dianggap secara positif  akan mendorong individu  maupun kelompok  manusia  untuk dinamis  mencari alternatif pemecahannya.
Sebagai bagian dari masyarakat  dunia secara internasional , negara dan bangsa kita  tentu tidak dapat melepaskan  diri dari  situasi  dan suasana  peradaban  dunia  seperti digambarkan  tadi. Namun demikian sesungguhnya  kita telah memiliki strategi  yang pasti  untuk menjawab  berbagai tantangan tadi, yakni dengan melaksanakan pembangunan  nasional.
Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang  telah berusaha meningkatkan pemerataan pembangunan termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu, kebijakan pembangunan bidang pendidikan diarahkan kepada lebih terciptanya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, khususnya pada tingkat pendidikan dasar. Peningkatan mutu pendidikan  terutama pendidikan dasar , merupakan komitmen nasional  dan titik berat satuan  pembangunan  pendidikan  baik pada saat sekarang  maupun masa telah silam. Hal ini disebabkan  peningkatan kualitas  atau mutu  pendidikan  sangat erat kaitannya dengan program  atau  pengembangan  kurikulum  pendidikan dasar.
Kurikulum disusun  untuk mewujudkan tujuan pendidikan  nasional  dengan memperhatikan  tahap perkembangan  peserta didik  dan kesesuaiannya  dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,  perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi serta kesenian.
  Peningkatan mutu pendidikan yang merupakan acuan kurikulum pada tingkat pendidikan dasar tampaknya masih merupakan isu sentral  sekarang ini, beberapa  tahun ke depan atau mungkin untuk  selamanya. Seperti  perjalanan seorang pengembara  yang terus mengembara  tiada akhir. Kalaupun pengembaraan  itu  harus terus berlangsung, biarlah.  Namun satu hal yang  harus kita pikirkan  adalah, bagaimanan menjadikannya  sebagai pengalaman  yang berharga  untuk memperoleh  masukan-masukan  baru   dalam praktik  penyelenggaraan pendidikan.
Pemerintah dalam hal ini Depdiknas  memang terus berupaya  melakukan perbaikan terhadap mutu pendidikan. Ini terlihat dari banyaknya  program program  perbaikan  yang terus digulirkan. Hanya saja  perbaikan yang dilakukan  lebih banyak pada sisi makronya saja , yaitu  pada manajemen  sekolah dan kurikulum. Dalam tahun-tahun terakhir ini  ada dua  perubahan yang dilakukan, yaitu: penerapan  Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum  Berbasis Kompetensi  (KBK)  meskipun keduanya tidak memberikan gambaran yang jelas  dalam penerapannya di lapangan. Bahkan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP)  dan Balitbang  Depdiknas sekarang masih belum menemukan titik temu  tentang konsep perubahan Kurikulum 2004.
MBS misalnya  yang diharapkan  dapat menjadikan  sekolah sebagai lembaga  mandiri  dalam pengelolaan keuangan  dalam rangka menghasilkan sekolah  yang berkualitas , berubah menjadi  upaya untuk menciptakan  persaingan antarsekolah  yang pada akhirnya  lebih memberatkan orang tua siswa. Sementara mutu pendidikan  yang merupakan tujuan utama tidak mengalami perubahan  yang signifikan  dengan “ lebel”  yang dipasangnya.
KBK, yang nantinya  diharapkan menghasilkan lulusan  yang mampu mengimplementasikan  pengetahuan, keterampilan,  dan sikapnya dalam berbagai  segi kehidupan , malah membuat  “ sebagaian guru bingung  dalam  penerapannya”. Hal ini akibat dari kurang jelasnya  petunjuk pelaksanaan  di lapangan  serta yang paling  utama adalah  tidak diikuti oleh peningkatan  kualitas  sumber daya manusianya, khususnya guru  sebagai ujung tombak  yang akan  menganalisis, menerjemah  KBK  dalam pembelajaran di kelas . Berhubungan dengan itu  kualitas SDM  dalam hal ini guru , sudah saatnya mendapat perhatian  yang lebih besar  terutama dalam hal   strategi,  pendekatan, dan metode  pembelajaran yang akan mereka gunakan  dalam kegiatan pembelajarannya. Sebab apabila mereka menggunakan  strategi  pembelajaran  yang ada selama ini , yang mengacu kepada upaya-upaya menghabiskan materi  semata  dengan pendekatan  duduk, dengar, catat dan hapalkan  (DDCH) ;  tidaklah mampu untuk  menghasilkan kompetensi yang diharapkan. Perubahan harus dilakukan apabila  kita  ingin bersungguh-sungguh  memperbaiki  mutu pendidikan kita, sehingga  urutan pendidikan kita  tidak lagi  berada di  bawah  Malaysia
Adapun perubahan yang harus dilakukan   adalah perubahan  terhadap kualitas sumber daya manusia   dalam mengimplementasikan  strategi pembelajaran  yang akan digunakannya.  Untuk itu sudah saatnya  kepada guru  diperkenalkan  strategi- strategi  pembelajaran  yang mampu  mengoptimalkan  seluruh kecerdasan  yang dimiliki siswa.
 “Ada delapan jenis  kecerdasan  yang dimiliki setiap individu: yaitu kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal,  interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan naturalis” (Gardner dalam Situmorang, 2004 : 60). Melalui kedelapan jenis kecerdasan  tersebut setiap individu  menerima informasi yang masuk ke dalam dirinya” . Oleh karena itu “kecerdasan majemuk    sebagai modalitas  untuk melejitkan kemampuan  setiap  siswa  dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap  anak adalah cerdas (Amstrong dalam Situmorang  2004: 60).
Di tengah pertarungan global  yang semakin keras ini, lahirnya generasi baru  yang cerdas dan handal  adalah suatu keharusan  bagi setiap bangsa  dan setiap orang tua. Seperti tecermin  dalam hukum-hukum sejarah , bahwa masa depan ditentukan  oleh generasi muda ; anak-anak kita. Dengan mendidiknya  secara baik dan mencerdaskannya, berarti kita telah  memberikan warisan terbaik  bagi mereka.
Berdasarkan uraian tersebut di atas,  penulis merasa tertarik  untuk membahas permasalahan yang berorientasi pada  penggunaan strategi   pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  dengan judul “  Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk  untuk  Pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran Kurikulum  yang Berbasis Kompetensi”.
B.     Rumusan  Masalah  dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka secara umum masalah dirumuskan  dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimanakah  strategi pembelajaran  berbasis kecerdasan majemuk  untuk pencapaian kompetensi dalam pembelajaran Kurikulum yang  Berbasis Kompetensi (KBK)?” .
Untuk memudahkan pembahasan , rumusan masalah perlu  dibatasi  sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah konsep kecerdasan majemuk?
2.      Bagaimanakah  strategi pembelajaran kecerdasan majemuk?
3.      Bagaimanakah  langkah penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dalam mencapai kompetensi  pada Kuriukulum yang Berbasis Kompetensi?
C.     Metode  Pembahasan
Metode merupakan suatu cara kerja yang sistematis   dalam rangka  mencapai suatu tujuan .  Hal ini sejalan dengan pendapat  Surakhmad  (1982 : 131) sebagai mana terlihat  pada kutipan   berikut ini:
         Metode  merupakan suatu cara utama yang dipergunakan  untuk mencapai suatu  tujuan,  misalnya untuk menguji serangkaian  hipotesis dengan mempergunakan   teknik  serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan  setelah penyelidikan   memperhitungkan kewajarannya  ditinjau dari tujuan penyelidikan  serta dari situasi penyelidikan.

 Berdasarkan pendapat tersebut , maka  metode  pembahasan  yang penulis gunakan  dalam membahas permasalahan   adalah metode deskriptif analitik, artinya masalah-masalah yang dibahas  dideskripsikan  sebagaimana  adanya  berdasarkan fakta di lapangan , selanjutnya dianalisis  untuk mendapat kesimpulan,  sebagaimana  dijelaskan oleh  Surakhmad (1982 : 147 ) bahwa  “ metode pembahasan deskriptif adalah  suatu cara untuk memecahkan  suatu masalah yang aktual  dengan jalan mengumpulkan , menyusun, menganalisis, dan  menginterpretasikan   data itu”.  
Selain metode deskriptif , penulis juga menggunakan metode studi  kepustakaan , metode ini dilakukan dengan cara  membaca berbagai buku  atau sumber yang berkaitan dengan  permasalahan  untuk dijadikan acuan  atau landasan teoretis  dalam pembahasan.
D.    Tujuan  Penyusunan Makalah
Tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kegiatan, karena tanpa tujuan  yang jelas, maka segala yang dilakukan  akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu tujuan harus sudah ditentukan sebelum  proses pembuatan makalah dilaksanakan.
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah sbagai berikut :
1.      Ingin memperoleh gambaran tentang  konsep kecerdasan majemuk.
2.      Untuk memperoleh informasi tentang  strategi pembelajaran kecerdasan majemuk.
3.      Ingin memperoleh gambaran tentang langkah penerapan  strategi  pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  untuk mencapai kompetensi  dalam pembelajaran Kurikulum yang  Berbasis Kompetensi .
E.     Manfaat  Pembahasan Makalah
Bertitik tolak  dari masalah yang  telah dikemukakan , maka pembahasan makalah ini  diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1.      Manfaat Teoretis 
Manfaat  teoretis adalah pengembangan  ilmu pendidikan  tentang pelaksanaan penerapan strategi  pembelajaran  berbasis kecerdasan majemuk untuk mencapai kompetensi  dalam pembelajaran  Kurikulum  yang Berbasis Kompetensi.
1.      Manfaat  Praktis
Manfaat secara praktis adalah  memberikan wawasan pengetahuan  dan pengalaman kepada guru  dalam memecahkan permasalahan strategi pembelajaran, khususnya  tentang pencapaian kompetensi dalam pembelajaran  Kurikulum yang  Berbasis Kompetensi.
F.      Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran  yang menyeluruh  tentang isi makalah, berikut ini  diuraikan sistematika penulisannya:
Bab I ;  Pendahuluan, di dalamnya  dibahas tentang  latar belakang masalah, rumusan masalah dan pembatasan masalah, metode pembahasan, tujuan  penyusunan makalah, manfaat pembahasan makalah dan  sistematika penulisan.
Bab II ; Landasan Teori Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  untuk pencapaian kompetensi dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi,   di dalamnya dibahas tentang  konsep kecerdasan majemuk, strategi pembelajaran dan kurikulum berbasis kompetensi.
Bab III ;  Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk pencapaian kompetensi dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi,  di dalamnya  diuraikan tentang strategi pembelajaran kecerdasan majemuk,  dan  langkah penerapan strategi pembelajaran berbasis  kecerdasan majemuk  untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum  yang Berbasis  Kompetensi.
Bab IV; Simpulan dan  rekomendasi, di dalamnya  diuraikan  tentang  simpulan  dan rekomendasi.
Pada bagian akhir  makalah ini dilengkapi  juga  dengan  Daftar Pustaka yang digunakan sebagai dasar acuan atau rujukan.

















BAB  II
LANDASAN TEORI   STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
 DALAM PEMBELAJARAN  KURIKULUM YANG BERBASIS KOMPETENSI
A.    Konsep Kecerdasan Majemuk
Konsep kecerdasan majemuk    (multiple intellegences)  lahir sebagai koreksi terhadap konsep kecerdasan  yang dikembangkan  oleh Alfed Binet, yang meletakkan dasar kecerdasan  seseorang  pada  IQ  (Intelligences  Quotient). Berdasarkan tes IQ  yang dikembangkannya , Binet  menempatkan kecerdasan  seseorang  dalam rentang skala tertentu  yang menitik beratkan kepada  kemampuan logika  dan berbahasa semata.  Dengan maksud  apabila seseorang  pandai dalam logika dan bahasa , maka ia pasti memiliki  IQ  yang tinggi , Tes  yang dikembangkan Binet ini , “belum mengukur kecerdasan seseorang seluruhnya, sebab tes IQ  Binet  baru mewakili sebagian kecerdasan  yang ada yaitu  kecerdasan linguistik, matematis logis dan spasial saja. Dengan kata lain  belum meliputi delapan jenis  kecerdasan  yang ada”  (Gardner dalam Situmorang 1983: 61)
Menurut  Gardner (dalam Situmorang  2004: 61-66) secara garis besar  ciri –ciri dan karakteristik  kecerdasan majemuk  adalah sebagai berikut :
1.      Kecerdasan Linguistik,
            Kemampuan menggunakan kata secara efektif , baik lisan maupun tertulis. Selain itu kecerdasan ini  juga meliputi kemampuan  memanipulasi struktur bahasa , fonologi,  semantik, pragmatik dan  hafalan. Adapun ciri-ciri  orang yang memiliki kecerdasan  ini adalah
a.     Suka menulis kreatif
b.     Suka mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon
c.     Membaca di waktu senggang
d.     Mengeja kata dengan tepat dan mudah
e.     Menyukai pantun lucu  dan permainan kata
d.             Suka mengisi teka-teki silang
e.              Menikmati dengan cara mendengarkan
f.              Memiliki kosa kata yang luas
g.             Unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi

2.      Kecerdasan Matematis - Logis
Kemampuan  menggunakan angka dengan baik  dan melakukan penalaran  yang benar. Kecerdasan ini  juga meliputi  kepekaan pada pola dan hubungan logis , pernyataan dan dalil. Adapun  ciri-ciri yang memiliki kecerdasan ini adalah:
a.              Menghitung masalah aritmetika  dengan cepat di luar kepala
b.             Menikmati penggunaan bahasa komputer
c.              Suka mengajukan pertanyaan yang bersifat analisis , misalnya mengapa hujan  turun ?
d.             Ahli dalam permainan strategi, seperti catur,  halma dan sebagainya
e.              Mampu menjelaskan masalah secara logis
f.              Suka merancang eksperimen  untuk pembuktian sesuatu
g.             Menghabiskan waktu dengan permainan logika, seperti teka-teki
h.             Mudah memahami hukum sebab akibat
i.               Berprestasi dalam pelajaran Matematika dan IPA (Fisika).

3.      Kecerdasan  Spasial
Kemampuan mengekspresikan  dan mentransformasikan  persepsi dunia  spasial –visual secara akurat  dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu kecerdasan ini  juga meliputi kepekaan terhadap  warna, garis bentuk ruang  dan hubungan antar unsur. Kemampuan membayangkan, mempresentasikan  ide secara visual. Adapun ciri-ciri  orang yang memiliki  kecerdasan ini adalah:
a.              Memberikan gambaran visual yang jelas ketika menggambarkan sesuatu
b.             Mudah membaca peta, grafik dan diagram
c.              Menggambar sosok benda atau orang persis aslinya
d.             Senang  melihat film , slide, foto-foto atau karya seni lainnya
e.              Sangat menikmati  kegiatan visual , seperti teka-teki atau sejenisnya
f.              Suka melamun  dan berfantasi
g.             Suka membangun konstruksi tiga dimensi
h.             Mencoret-coret di atas kertas atau  di buku sekolah
i.               Lebih memahami informasi lewat gambar   daripada kata-kata
j.               Menonjol dalam mata pelajaran seni

4.      Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Keahlian menggunakan  seluruh tubuh  untuk mengekspresikan ide dan perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan sesuatu, dan kemampuan-kemampuan fisik yang khusus, seperti: keseimbangan, kekuatan, kelenturan, kecepatan. Adapun ciri-ciri orang yang  yang memiliki  kecerdasan ini adalah :
a.              Banyak bergerak ketika mendengarkan sesuatu atau  duduk
b.             Aktif dalam kegiatan fisik, seperti : berenang, bersepeda, mendaki
c.              Perlu menyentuh sesuatu  yang sedang dipelajarinya
d.             Menikmati kegiatan melompat, lari, gulat  atau kegiatan fisik  sejenis
e.              Memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan, seperti menjahit, mengukir, memahat
f.              Pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain
g.             Bereaksi secara fisik terhadap jawaban  masalah yang dihadapinya
h.             Menikmati kegiatan dengan tanah liat,  melukis dengan jari atau kegiatan kotor lainnya
i.               Suka membongkar benda kemudian menyusunnya  lagi
j.               Berprestasi dalam mata pelajaran Olahraga, Mekanik,  dan yang bersifat kompetitif.

5.      Kecerdasan  Musikal
Kemampuan mengapresiasi berbagai bentuk musikal, membedakan, mengubah, dan mengekspresikannya. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap  irama, nada , warna suara  suatu lagu. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki  kecerdasan ini adalah :
a.              Suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah
b.             Mudah mengingat melodi suatu lagu
c.              Lebih bisa belajar dengan iringan musik
d.             Suka mengoleksi kaset-kaset  atau CD lagu-lagu
e.              Bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain
f.              Mudah mengikuti irama musik
g.             Mempunyai suara yang bagus untuk bernyanyi
h.             Peka terhadap suara-suara atau bunyi-bunyian  di lingkungannya
i.               Memberikan reaksi yang kuat  terhadap berbagai jenis musik
j.               Berprestasi bagus dalam mata pelajaran  Seni Musik

6.      Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan membedakan suasana hati  maksud, motivasi serta  perasaan orang lain. Kecerdasan ini juga meliputi  kepekaan terhadap ekspresi wajah, gerak isyarat , kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan  mempengaruhi orang lain  untuk melakukan sesuatu. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:
a.              Mempunyai banyak teman di sekolah maupun di lingkungannya
b.             Suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal
c.              Sangat mengenal lingkungannya
d.             Banyak terlibat dalam kegiatan kelompok  di luar jam sekolah
e.              Berperan sebagai penengah  ketika terjadi pertikaian  atau konflik  diantara teman
f.              Menikmati berbagai permainan kelompok
g.             Berempati besar terhadap perasaan  atau penderitaan orang lain
h.             Suka dicari sebagai penasihat atau pemecah masalah  oleh temannya
i.               Sangat menikmati pekerjaan  mengajari orang lain
j.               Berbakat menjadi pemimpin  dan berprestasi  dalam mata pelajaran Ilmu Sosial.

7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan  memahami diri sendiri  dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Selain itu kecerdasan ini  juga meliputi   kesadaran akan suasana hati, maksud, temperamen , motivasi,  keinginan, berdisiplin diri  dan kemampuan menghargai diri. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki  kecerdasan ini adalah:
a.              Memperlihatkan sikap independen  dan kemauan yang kuat
b.             Bersikap realistis  terhadap kekuatan  dan kelemahannya
c.              Memberikan reaksi keras  terhadap topik topik  kontroversial dengan dirinya
d.             Bekerja atau belajar dengan baik seorang diri
e.              Memiliki rasa percaya diri yang  tinggi
f.              Kecenderungan mempunyai pandangan  yang lain dari pandangan umum
g.             Banyak belajar dari kesalahan masa lalu
h.             Dengan tepat mengekspresikan  perasaannya
i.               Berpikir fokus dan  terarah  pada pencapaian tujuan
j.               Banyak terlibat dalam hobi atau proyek  yang dikerjakan sendiri.

8.      Kecerdasan  Naturalis
Kemampuan   mengenali dan mengklasifikasikan  spesies flora dan fauna  di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini juga meliputi  terhadap  fenomena-fenomena alam  lainnya., dan kemampuan membedakan benda-benda tak hidup  dengan benda-benda hidup lainnya. Adapun ciri-ciri orang yang  memiliki kecerdasan  naturalis  ini adalah:
a.              Suka dan akrab dengan hewan peliharaan
b.             Sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, seperti kebun, taman, hutan dan sebagainya
c.              Menunjukkan kepekaan terhadap panorama alam , seperti pemandangan, gunung,  awan, pantai dan sebagainya
d.             Suka berkebun dan memelihara binatang
e.              Menghabiskan waktu dekat akuarium   atau sistem kehidupan alam lainnya
f.              Memperlihatkan kesadaran ekologis yang tinggi
g.             Meyakini bahwa binatang  mempunyai hak sendiri dan perlu dilindungi
h.             Mencatat berbagai fenomena alam  yang melibatkan hewan dan tumbuhan
i.               Suka membawa  pulang serangga , bunga, daun  atau benda-benda  alam lainnya
j.               Berprestasi dalam mata pelajaran IPA , Biologi dan Lingkungan Hidup.

Dari kedelapan kecerdasan majemuk tersebut  dapat disimpulkan , bahwa setiap kecerdasan  bekerja dalam sistem otak yang relatif  tersendiri namun pada saat mengeluarkannya , kedelapan jenis kecerdasan  yang ada bekerja sama  secara unik  untuk menghasilkan informasi    sesuai dengan yang dibutuhkan.
B.     Strategi Pembelajaran
Dalam pembelajaran di sekolah, strategi pembelajaran  pada umumnya dirancang oleh guru  sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran yang dikelolanya. Pengertian strategi pembelajaran  adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru  dan siswa  agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif  dan efesien  (Kemp  dalam Situmorang  2004 : 66). Sementara menurut  Carey  dalam Situmorang (2004)  mendefinisikan strategi  pembelajaran  sebagai suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang dipergunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar  pada siswa . Sedangkan pendapat lain  menyebutnya  sebagai suatu pendekatan guru  terhadap penggunaan informasi , mulai dari pemilihan sumber belajar  sampai kepada menetapkan  peranan  siswa dalam pembelajaran  (Ely dalam Situmorang ,  1978) .
Dari  beberapa pengertian  di atas dapat disimpulkan, bahwa strategi pembelajaran   adalah suatu  cara   dalam  mengorganisasikan  dan mengatur komponen-komponen  pembelajaran  yang dibutuhkan  untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Sesungguhnya strategi  yang dirancang oleh guru sesuai  dengan kebutuhan mata pelajarannya sudah dikatakan baik , bila  dilakukan secara benar dan  berkesinambungan. Namun adakalanya guru  terjebak hanya pada upaya  mengahabiskan materi   pelajaran semata saja dan mereka lupa pada tujuan  yang sebenarnya. Strategi pembelajaran yang hanya berupaya  menghabiskan materi  pelajaran  kurang memberikan makna bagi siswa    (Semiawan , 2002). Oleh karena itu pendekatan yang sudah ada selama ini  perlu dikembangkan lebih lanjut, agar peristiwa pembelajaran  mampu memberikan makna bagi siswa yang belajar.
C.      Kurikulum Berbasis Kompetensi
Penggantian Kurikulum 1994 dan suplemennya  oleh  pemerintah  dengan  Kurikulum Berbasis  Kompetensi  menggugah kita akan masalah pendidikan kita yang sedang  sakit, dan menjadikan KBK sebagai obat penyembuhnya. Akan tetapi  kenyataan di lapangan  menimbulkan permasalahan baru karena ketidakjelasan tentang  konsep KBK itu sendiri. Ada yang melihat KBK sebagai barang  baru dan ada yang melihatnya  sebagai barang lama kemasan baru . Atau hanya sebagai ciri  kebijakan mewakili zamannya.
Pengertian kompetensi seperti yang diungkapkan oleh Kusmana (2003) adalah :
Kompetensi merupakan pengetahuan , keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan  dalam kebiasaan berfikir dan bertindak  secara konsisten dan terus menerus  memungkinkan seseorang menjadi kompeten. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa  melakukan sesuatu dalam berbagai  konteks (lingkup kehidupan). Kompetensi menjelaskan  pengalaman belajar yang dilalui  siswa untuk menjadi kompeten. Kompetensi merupakan tampilan hasil belajar  yang menjelaskan hal-hal yang diperoleh siswa  setelah melalui proses pembelajaran yang bermakna.

Menurut  kamus besar bahasa Indonesia  kompetensi adalah “ kewenangan  atau kekuasaan   untuk menentukan atau memutuskan  sesuatu”  (1990  : 452).
Dari  penjelasan tersebut  dapat disimpulkan bahwa  kata kompetensi  sebenarnya  menggambarkan  suatu kemampuan tertentu  yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses pembelajaran tertentu . Dalam pendidikan kemampuan tersebut merupakan  kesatuan dari tiga  komponen, yaitu: kognitif, afektif  dan psikomotor.
Lebih jauh Kusmana  dalam  bukunya Rangkuman Materi Orientasi Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi (2003) mengungkapkan bahwa , pengertian  Kurikulum Berbasis Kompetensi  adalah :
Seperangkat rencana  dan pengaturan tentang  kompetensi dan  hasil belajar  yang harus dicapai siswa , penilaian, kegiatan belajar mengajar , dan pemberdayaan sumber daya pendidikan  dalam pengembangan kurikulum sekolah  yang berorientasi kepada hasil dan dampak yang diharapkan  muncul pada diri peserta didik  melalui serangkaian pengalaman  belajar yang bermakna, keberagaman yang dapat dimanipestasikan  sesuai dengan kebutuhan.

Pendapat lain ,Siskandar dalam Rosyada (2004 : 47)  mengemukakan bahwa :
Kurikulum Berbasis Kompetensi  adalah pengembangan kurikulum  yang bertitik tolak dari kompetensi  yang seharusnya dimiliki siswa setelah  menyelesaikan pendidikan  yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola fikir  serta bertindak sebagai refleksi  dari pemahaman dan  penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa .

Demikian pula dengan Saleh dalam  Rosyada  menyatakan  bahwa: “Kurikulum Berbasis  Kompetensi  adalah perangkat standar program  pendidikan yang dapat mengantarkan siswa  untuk menjadi kompeten  dalam berbagai bidang kehidupan  yang dipelajarinya  (2004  : 48).
            Rumusan kompetensi dalam  Kurikulum Berbasis Kompetensi  merupakan pernyataan tentang  apa yang diharapkan  dapat diketahui , disikapi  atau dilakukan anak dalam  setiap jenjang pendidikan  dan sekaligus menggambarkan kemajuan anak  yang dicapai secara bertahap  dan berkelanjutan  untuk menjadi  kompeten.
            Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri  sebagai berikut:
1.      Menekankan kepada ketercapaian  kompetensi  anak baik secara individual maupun klasikal.
2.      Berorientasi pada hasil belajar  dan keberagaman.
3.    Penyampaian dalam pembelajaran  menggunakan pendekatan  dan metode yang bervariasi.
4.    Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar  lainnya  yang memenuhi unsur  edukatif.
5.    Penilaian menekankan  pada proses   dan hasil belajar  dalam upaya penguasaan  atau pencapaian suatu kompetensi.
Dari penjelasan di atas  sesungguhnya Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah suatu pendekatan yang  sangat baik  untuk meningkatkan mutu pendidikan , karena Kurikulum Berbasis Kompetensi  tidak berorientasi  pada kuantitas materi , melainkan lebih berfokus pada  kualitas materi yang diperoleh siswa . Hal yang lebih penting dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi   adalah sumber daya manusia   dalam hal ini guru,  guru harus siap melakukan perubahan  dalam paradigma  mengajarnya dan mengevaluasi kembali  masih  sesuaikah  strategi pembelajaran  yang digunakan selama ini.









BAB III
 STRATEGI PEMBELAJARAN  BERBASIS  KECERDASAN MAJEMUK UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN  KURIKULUM YANG  BERBASIS KOMPETENSI

A. Strategi  Pembelajaran Kecerdasan Majemuk
Strategi pembelajaran kecerdasan majemuk  pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum.
Amstrong dalam Situmorang  (2004) seorang pakar di bidang kecerdasan majemuk mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian ia menambahkan, bahwa tidak ada rangkaian strategi pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada. Oleh karena itu suatu  strategi mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tetapi akan gagal bila diterapkan pada kelompok lain. Dengan dasar ini sudah seharusnya guru memperhatikan jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa setiap strategi yang ada pada masing-masing kecerdasan dapat  diterapkan  bukan saja pada mata pelajaran Matematika, tetapi juga dapat diterapkan  dalam mata pelajaaran lainnya seperti Bahasa, Fisika atau mata pelajaran yang menuntut unsur logika di dalamnya.
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa teori  kecerdasan majemuk bukan saja merupakan konsep kecerdasan yang ada pada diri masing-masing individu, tetapi juga merupakan strategi pembelajaran yang ampuh untuk menjadikan siswa keluar sebagai juara pada jenis kecerdasan tertentu. Gardner dalam Situmorang  (2004) mengatakan, sebab pada dasarnya setiap individu memiliki satu atau lebih kecerdasan yang menonjol dari delapan kecerdasan yang ada. Bukankah Einstein yang dikatakan cerdas    juga mempunyai kelemahan pada jenis kecerdasan lainnya? Einstein adalah orang yang sangat cerdas pada dua jenis kecerdasan yaitu Matematis-Logis dan Spasial. Sementara untuk jenis kecerdasan yang lain ia tidak terlalu menonjol.
Strategi pembelajaran kecerdasan majemuk  pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol dari diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Dengan demikian penggunaan strategi pembelajaran kecerdasan majemuk  tetap berada pada posisi yang menguntungkan bagi siswa yang menggunakannya. Satu hal yang pasti, siswa akan keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial pada salah satu atau lebih dari delapan jenis kecerdasan yang dimilikinya.



B.     Penerapan Strategi Pembelajaran  Berbasis  Kecerdasan Majemuk untuk Pencapaian  Kompetensi dalam Kurikulum   yang  Berbasis Kompetensi
            Ada dua tahapan yang harus dilakukan dalam penerapan strategi pembelajaran  berbasis kecerdasan majemuk agar mendapatkan hasil yang optimal, yaitu:
1.  Memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap mata pelajaran.
Memberdayakan semua jenis kecerdasan pada setiap mata pelajaran adalah ibarat memberi masukan  informasi melalui delapan jalur ke dalam otak memori siswa. Bila Bloom , menekankan pada tiga jalur ranah  yang ada yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor ; maka Gardner dalam Situmorang (2004), menekankan pada delapan kecerdasan yang dimiliki setiap siswa, yaitu: kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Berdasarkan pengalaman, dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  dapat dimulai dengan melakukan reposisi pada kurikulum yang ada  sekarang, baik itu kurikulum 1994 yang disempurnakan, maupun Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah Tujuan Intruksional Khusus (TIK) yang ada menjadi kompetensi yang diharapkan (Indikator). Dengan demikian setiap indikator dituntut untuk memberdayakan semua atau sebagian besar jenis kecerdasan yang ada.
Sebagai contoh mata pelajaran bahasa yang dominan dengan kecerdasan linguistik, Indikatornya berbunyi “Siswa dapat membacakan puisi dengan intonasi yang benar di depan kelas”. Bila siswa melakukan itu dengan benar; maka kecerdasan yang terlibat akan meliputi: Kecerdasan Linguistik, Matematis-Logis, Spasial terbatas, dan Kinestetik-Jasmani saja. Akan tetapi bila Indikator  diubah menjadi “Siswa dapat membacakan puisinya dengan intonasi yang benar di  halaman sekolah  atau pada acara tertentu, atau di depan publik”; maka kecerdasan yang terlibat akan lebih banyak lagi yaitu: kecerdasan Linguistik, Matematis-Logis, Spasial, Kinestetik-Jasmani, Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. Dengan demikian kadar belajar yang diperoleh siswa akan jauh lebih tinggi dibandingkan bila ia hanya membacakan puisinya di depan kelas. Pemikiran-pemikiran kreatif yang demikian inilah yang dituntut pada setiap guru yang ingin menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  dalam mata pelajaran yang dikelolanya. Meskipun belum ada penelitian yang menyimpulkan, apakah hasil belajar siswa meningkat secara signifikan, tetapi berdasarkan pengamatan  di lapangan menunjukkan adanya perubahan dalam sikap belajar siswa. Siswa terlihat lebih aktif, percaya diri, dan kreatif dalam banyak hal.

       2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa.
Langkah  kedua ini ditempuh apabila secara faktual guru telah mengidentifikasikan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa. Sekali lagi,  Gardner dalam Situmorang  (2004),  selalu mengingatkan bahwa ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol pada masing-masing  siswa. Bila kita menyadari hal ini, mengapa kita tidak mengoptimalkannya menjadi sesuatu yang bermakna bagi siswa. Atau menjadikannya sebagai jati dirinya, meskipun untuk bidang yang lainnya harus puas dengan standar minimal yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga.
Dalam penerapan tahap kedua ini strategi pembelajaran yang digunakan lebih bersifat individual. Siswa yang memiliki kecerdasan Linguistik misalnya, akan dioptimalkan pencapaian hasil belajarnya pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra. Sedangkan mereka yang mempunyai kecerdasan Matematis-Logis misalnya, akan diarahkan pada pencapaian hasil belajar Matematikanya seoptimal mungkin melalui pemberian layanan individu dan masukan ke berbagai kesempatan yang memungkinkan kecerdasan Matematikanya terus berkembang. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan Spasial belajar dengan menggunakan media visual atau menggunakan peta, konsep tentu sangat membantu mereka mencapai kesempurnaan belajarnya. Akan tetapi bagi mereka yang memiliki kecerdasan Kinestetik-Jasmani sangatlah tersiksa bila ia harus dipaksa duduk yang manis di dalam kelas. Mereka yang memiliki kecerdasan Kinestetik-Jasmani akan menghasilkan sesuatu secara optimal, bila mereka diizinkan belajar dengan cara melakukan gerakan-gerakan tertentu. Misalnya mengekspresikan suatu pesan dengan bahasa tubuhnya. Sedangkan belajar dengan alunan musik tentu sangat menyenangkan bagi mereka yang memiliki kecerdasan Musikal. Musik instrumentalia sangat dianjurkan sebagai musik pengiring bagi mereka yang memiliki kecerdasan Musikal ini. Dengan musik mereka akan menghasilkan sesuatu yang optimal dalam belajarnya. Lain pula halnya dengan mereka yang memiliki kecerdasan Interpersonal. Melakukan interaksi sosial adalah pilihan yang tepat bagi mereka yang memilik kecerdasan Interpersonal ini. Sedangkan bagi mereka yang memiliki kecerdasan Intrapersonal tentulah sangat berterima kasih bila diizinkan belajar secar individual di tempat yang agak sepi, atau mengerjakan proyek secara individual. Untuk siswa yang memiliki kecerdasan Naturalis akan efektif bila diarahkan pada pencapaian hasil belajar yang optimal untuk mata pelajaran IPA. Belajar di luar kelas  merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka yang memiliki kecerdasan Naturalis ini.
Umumnya  siswa dapat menggunakan  kecerdasannya  yang berbeda untuk mempelajari  sebuah keterampilan atau konsep. Sebagai contoh , dalam belajar tentang pohon  dan tumbuhan , siswa mungkin akan menempelkan daun-daun ke lengannya, menempelkan kertas coklat ke kakinya  sebagai batang pohon , lalu mengayun-ayunkan  lengannya seperti pohon  yang sedang bergerak tertiup angin . Seorang siswa  yang lain  belajar mengamati buku yang gambarnya dapat dimainkan, digerakan naik turun anak tersebut melihat dan meraba  setiap bagian dari gambar  di dalam buku tersebut dengan seksama. Kedua anak  tersebut dapat  menyerap informasi  tentang pohon dan tumbuhan, tetapi cara yang mereka lakukan berbeda , yang  disesuaikan dengan cara belajarnya masing-masing. Anak pertama  lebih mudah mendapat informasi  dengan terlibat secara fisik dalam proses pembelajarannya itu. Sedangkan  siswa kedua perlu meraba dan merasakannya
Uraian di atas adalah sekelumit contoh bagaimana strategi pembelajaran  diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Khususnya untuk mencapai setiap kompetensi yang telah ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Sangat jelas, bagaimana guru berupaya menjadikan siswanya sebagai sang juara pada bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Siswa tidak hanya menguasai konsep pengetahuan semata, tetapi ia juga dapat menerapkan pengetahuannya dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan kata lain tidak ada hal yang mustahil bila kita ingin melakukan sesuatu perubahan dalam strategi pembelajaran yang akan kita gunakan. Banyak jalan menuju Roma, mengapa kita tidak mencobanya.
Sebagai tambahan, penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, menuntut adanya penataan kelas yang berbeda dari penataan  yang digunakan pada strategi pembelajaran biasa. Kelas berpindah  merupakan keharusan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan belajar kecerdasan tertentu. Selain itu sistem penilaian tidak cukup hanya menggunakan tes objektif. Tes yang dikembangkan harus lebih variatif, mulai dari uraian, pengamatan, sampai kepada penggunaan portofolio.













BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Simpulan 
Setelah penulis  membahas setiap permasalahan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah suatu upaya  mencapai kompetensi  tertentu dalam pembelajaran. Dengan memperhatikan  kedelapan jenis kecerdasan  yang dimiliki  setiap siswa, para guru dapat mengoptimalkan  potensi siswanya secara efektif.
2.      Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah suatu cara menyerap informasi melalui delapan jalur kecerdasan  yang ada pada masing-masing siswa,  namun  untuk mengeluarkannya kembali  seluruh kecerdasan  bekerjasama  dalam satu kesatuan  yang unik sesuai dengan kebutuhan . Sehingga selalu mampu memecahkan persoalan-persoalan pembelajaran  dengan cara yang luar biasa.
3.      Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  menjadikan siswa sebagai sang juara  pada bidang-bidang tertentu  sesuai dengan kecerdasan yang menonjol  pada dirinya, karena pada dasarnya dalam  diri  setiap siswa  selalu ada satu atau  lebih kecerdasan  menonjol yang dimilikinya.
4.      Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  mendorong para guru melakukan inovasi  dalam cara-cara mengajarnya. Oleh karena itu setiap guru  dituntut agar lebih kreatif  untuk mencari terobosan baru  untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan  yang dimiliki siswa. Untuk itu melakukan pembelajaran  yang menyenangkan adalah satu syarat utama   yang harus selalu diupayakan . Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau mencobanya.
B.     Rekomendasi
Pada kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan  rekomendasi sebagai berikut:
Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk  dalam mencapai kompetensi dalam Kurikulum yang Berbasis Kompetensi sebagai masukan kepada guru tentang berbagai upaya yang dapat dilakukan  untuk mencapai setiap kompetensi  yang ada dalam Kurikulum yang  Berbasis Kompetensi. Dengan harapan melalui  penerapan strategi ini , optimalisasi potensi siswa  sesuai dengan kecenderungan kecerdasan yang dimilikinya dapat menghasilkan warna lain  dalam dunia pendidikan kita , yaitu pendidikan yang lebih baik dari pendidikan sebelumnya dan sekaligus menjadi  salah satu alternatif  strategi pembelajaran dalam mencapai kompetensi  pada Kurikulum yang Berbasis Kompetensi (KBK).  






        




DAFTAR  PUSTAKA



Campbell ,  Linda  dkk. 2004. Metode Praktis  Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences. Depok : Intuisi Press.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar  Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.
-------. 1994. Didaktik/Metodik Umum . Jakarta : Dikdasmen.
-------.1994. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Dikdasmen.
-------.1995. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar  di Sekolah Dasar. Jakarta : Dikdasmen.
Disdik Kab. Ciamis. 2004.  Kurikulum Berbasis Kompetensi  Kelas IV.  Ciamis.
Hanafiah. 1994. Tantangan dan Harapan Globalisasi. Bandung  : Suara Daerah 303.
Karmedi, Emed. 1999. Penerapan Teknik Penemuan dan Diskusi  Dalam Mengajarkan Membaca Wacana Narasi. Skripsi Sarjana Pada FKIP Universitas Galuh Ciamis.
Keraf, Goris. 1994. Komposisi. Flores : Nusa Indah.
Kusmana, Agus. 2003. Rangkuman Materi Orientasi Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi . Ciamis : Disdik
Misdan , Undang, K. 1979. Pendekatan Metode dan Teknik . Bandung : FKSS-IKIP.
Ramadhy dan Permadi. 2001. Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan ?. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Rosyada, Dede. 2004  Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta : Kencana.
Rusyan, Tabrani. 1992. Pendidikan Masa Kini dan Mendatang. Jakarta : Bina Mulia.
Rusyan, Tabrani.  1992. Strategi Penerapan Kurikulum di Sekolah. Jakarta : Bina Mulia.
Semiawan, Conny R. 2002. Belajar dan Pembelajaran  dalam  Tarap Usia Dini. Jakarta : Prehalindo.
Situmorang, Robinson. 2004.  Strategi Pembelajaran Multiple Intellegence . Jakarta : Kencana.
Suwandi dan Tjetjep. 2001. Teknik-Teknik Keterampilan Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Bandung : Media Imtaq.
Prawiradilaga  dan Siregar . 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.